Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

7 Golongan Orang yang Mendapat Naungan di Akhirat

7 Golongan Orang yang Mendapat Naungan di Akhirat

Menjadi orang shalih tidak ada ruginya. Justru keberuntungan dan keuntungan yang berlipat ganda akan didapatkan di dunia dan di akhirat. Dibalas pula dengan tempat tertinggi di Surga-Nya.

Harta yang kerap menjadi ukuran kemuliaan seseorang itu keliru karena hanyalah ujian baginya, apakah ia amanah atau tidak, taat atau ingkar pada perintah-perintah Allah. Jika harta yang membuatnya lalai, maka kerugian besarlah baginya. Sementara setiap kenikmatan dan kesenangan duniawi kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat.

Allah Ta’ala berfirman:

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (2) كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (3) ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (4) كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (5) لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (6) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ (7) ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (8)

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS At-Takatsur: 1-8)

Di ayat lain, Allah SWT berfirman:

وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَىٰ إِلَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا

“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (shaleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Saba’: 37)

Kedudukan seseorang di sisi Allah tidak ditentukan harta dan keturunannya, melainkan iman dan takwanya. Iman dan amal shalihnya. Harta dan anak bermanfaat jika digunakan untuk meningkatkan keimanan dan amal shalih.

Hanya orang-orang yang beriman dan beramal shalih yang dapat mendekatkan mereka kepada Allah SWT, sekaligus diberi balasan berlipat ganda. Balasannya tak terbatas, mulai dari bilangan 10 kali lipat, 700 kali, hingga tak terbatas. Balasan selanjutnya adalah akan ditempatkan di tempat-tempat yang tinggi dalam surga.

Di antara amalan orang-orang shalih, ada tujuh golongan yang mendapatkan naungan dari Allah SWT pada hari kiamat. Naungan yang dimaksud adalah naungan ‘Arsy Allah, sebagaimana dikuatkan riwayatnya oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (2: 144).

Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi SAW, Beliau SAW bersabda: “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tak ada naungan kecuali naungan-Nya: Pertama, imam yang adil. Kedua, seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah. Ketiga, seorang yang hatinya bergantung ke masjid. Keempat, dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, Kelima, seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Keenam, seseorang yang bersedekah dengan satu sedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya. Ketujuh, seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (Hadits shahih, diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim, Malik, Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Khuzaimah, Ath-Thahawi, dan Al-Baihaqi)

1. Imam yang adil

Imam atau pemimpin adil mendapat keutamaan yang pertama dari golongan yang mendapatkan naungan Allah di Hari Kiamat. Keberadaan imam atau pemimpin adil sangat penting di tengah masyarakat karena berurusan dengan kepentingan umum dan hajat hidup orang banyak. Imam atau pemimpin bisa berarti pemerintah, kepala daerah, hingga jabatan camat, lurah dan kepala desa. Bahkan pimpinan dalam lembaga, organisasi, atau lingkungan masyarakat.

Syekh Hasan Sulaiman Nuri dan Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki, dalam Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram, mengatakan, Allah mengawali tujuh kelompok dengan menyebut orang yang adil karena menyangkut nasib orang banyak. Pemimpin adil adalah sandaran kaum dhuafa dan orang-orang miskin. Dengan kehadiran pemerintah yang adil, urusan publik terselesaikan sehingga mereka merasa aman dan terjamin jiwa, harta, dan nama baiknya.

2. Pemuda yang tumbuh dewasa dalam ibadah kepada Allah

Ibadah bukanlah milik golongan dalam kelompok usia. Bahkan bahi anak kecil sekali pun sangat dianjurkan untuk mulai diajari beribadah sejak dini. Terjadi kekeliruan di kalangan masyarakat, biasanya mereka baru memulai untuk mendekatkan diri kepada Allah pada masa tuanya, kala memasuki masa pensiun, atau purna bakti.

Tentu itu juga mulia jika masih diberi umur panjang. Namun, ajal siapa yang dapat menyangka kedatangannya? Di masa muda atau tua, tak ada yang tahu kapan ia datang menjemput. Ibadah berkolerasi juga dengan kemampuan fisik sehingga selagi masih muda, kuat, sehat, dan produktif, sungguh jauh lebih baik jika difokuskan dan diperuntukkan untuk ibadah kepada Allah.

Terlebih dalam ibadah haji, misalnya. Tak sedikit jamaah haji, sudah memasuki usia senja baru bisa menunaikan ibadah haji. Padahal, di masa muda jauh lebih produktif dalam segala bentuk ibadah. Meski masalah ini juga berkaitan dengan kemampuan secara finansial. Belum lagi daftar panjang jamaah haji khususnya di Indonesia.

3. Seorang yang hatinya bergantung ke masjid

Masjid adalah rumah ibadah, rumah ketenangan, dan rumah inspirasi. Semakin banyak menghabiskan waktu di masjid, semakin banyak pula keberkahan dan kebaikan yang dapat diraih. Terlebih jika masjid menjadi pusat pendidikan, pembinaan, dan kegiatan sosial lainnya.

Masjid jangan hanya dijadikan sebagai tempat transit yang sementara, karena kerugian besarlah yang akan menimpa jika seseorang dapat menjangkau masjid namun kehadirannya hanya untuk keperluan shalat lima waktu saja. Shalat lima waktu berjamaah di masjid sudah sangat baik dan mulia. Terlebih lagi jika masjid diramaikan dengan berbagai kegiatan keagamaan dan sosial.

Laki-laki yang hatinya terkait dengan masjid yakni selalu menunggu shalat setelah shalat, berada dalam majelis ilmu, mendengar kajian, dan sebagainya. Orang yang hatinya terkait dengan masjid adalah mereka yang selalu mengingat shalat berjamaah walau dalam keadaan sibuk.

4. Dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya.

Berteman, bersahabat, bergaul, atau bermajelis karena Allah. Itulah yang dimaksud dalam hadits ini. Teman yang dipilih adalah karena tertarik pada keshalihan, bukan tertarik pada dunia dan harta. Pertemanan tersebut dibangun di atas iman sampai maut menjemput.

Nabi Ibrahim as bahkan menjadikan orang-orang shalih sebagai penolongnya kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim bahkan memohon kepada Allah agar diberi keturunan dari orang-orang shalih. Di Syam, Nabi Ibrahim berdoa kepada seraya berkata: “Tuhan, berilah Aku anak shalih yang selalu menaati-Mu, menjalankan agama-Mu dan mendukungku sungguh-sungguh menaati-Mu.”

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS Ash-Shaffat: 100)

Nabi Ibrahim juga berdoa agar dimasukkan dalam golongan orang-orang shalih. Nabi Ibrahim memohon, “Wahai Tuhanku, berilah aku anugerah ilmu dan pemahaman, dan masukkanlah aku kedalam golongan orang-orang yang shalih, dan himpunlah aku dan mereka di dalam surga.” Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

رَبِّ هَبْ لِى حُكْمًا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّٰلِحِينَ

(Ibrahim berdoa) “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh.” (Asy-Syu’ara: 83)

5. seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, “Aku benar-benar takut kepada Allah.”

Hadits ini mengisyaratkan tentang kisah Nabi Yusuf as dengan permaisuri Raja Mesir yang menggodanya. Kalau tidak dengan pertolongan dan perlindungan Allah tentu Nabi Yusuf bisa saja terjerumus dalam zina.

Maka kita bisa selamat dari maksiat hanya dengan pertolongan Allah. Ingatlah kalimat “Laa hawla wa laa quwwata illa billah”. Apa maksud kalimat tersebut? Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

لاَ حَوْلَ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ بِمَعُوْنَتِهِ

“Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”

6. Seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya

Sedekah paling utama adalah sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi. Sabda Rasulullah SAW, tangan kanan yang berinfak lantas tangan kiri tidak mengetahuinya. Ini menunjukkan bahwa yang paling dekat saja tidak mengetahui kalau ia bersedekah.

Dalam hal sedekah, boleh dilakukan baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Yang tidak diperbolehkan adalah bersedekah dengan cara riya’ atau sengaja pamer agar diketahui orang banyak serta mendapat penghormatan manusia. Sedekah terang-terangan dilakukan sebagai keteledanan dan syiar Islam.

7. Seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya

Orang yang rajin berdzikir pada Allah dengan benar-benar menghayati, hingga terkadang air matanya menetes karena takut kepada Allah. Zikir yang utama adalah disembunyikan karena lebih terjaga dari sifat riya. Ada banyak cara berzikir yang dapat kita lakukan, bahkan dalam menjalankan kegiatan sekalipun.

Begitu juga dengan zikir-zikir yang disunnahkan seperti zikir pagi dan petang. Membaca tahlil, tahmid, dan tasbih, istighfar dan kalimat-kalimat thayyibah, kapan dan di mana pun, semuanya dianjukan dalan rangka untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Wallahu a’lam. (Aza)




Posting Komentar untuk "7 Golongan Orang yang Mendapat Naungan di Akhirat"