Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Timur Tengah makin panas, Mekah diprediksi bakal tak layak huni dan jadi tempat m4lapetak4

Timur Tengah makin panas, Mekah diprediksi bakal tak layak huni dan jadi tempat m4lapetaka

Matahari di langit Dubai. Foto: CNN Intl.
Perubahan iklim menjadi isu yang hangat beberapa tahun belakangan ini. Banyak pihak telah menyoroti bagaimana manusia menyikapi terkait dengan perubahan iklim. Berbagai laporan seputar perubahan iklim pun bertebaran di media-media. Salah satunya adalah laporan terbaru dari The Guardian tentang bagaimana suhu Timur Tengah makin panas dan ketergantungan wilayah itu terhadap minyak jadi salah satu faktornya.

Dilansir Hops.ID pada Senin 1 November 2021, The Guardian mengungkap bukti-bukti tentang bagaimana kawasan Timur Tengah sebenarnya telah mengalami dampak dari perubahan iklim yang terjadi di Bumi.

Menurut laporan tersebut, Oman bagian utara baru saja dihantam oleh Topan Shaheen beberapa waktu lalu, sebuah siklon tropis pertama yang mencapai barat jauh ke Teluk. Kemudian di sekitar Basra, Irak selatan musim panas ini, suhu udara mencapai 50 derajat celcius yang menyebabkan pemadaman terus-menerus dan penduduk lokal berkeliling dengan mobil supaya merasa adem.

Juga ada Kuwait yang memecahkan rekor untuk hari terpanas sepanjang tahun 2016 di 53,6 derajat celcius, dan rata-rata bergulir 10 hari musim panas ini sama teriknya. Lalu banjir bandang yang terjadi di Jeddah, Arab Saudi dan baru-baru ini kejadian serupa menerjang Mekah.

Sementara itu, di seluruh Arab Saudi suhu rata-rata telah meningkat sebesar 2 persen dan suhu maksimum sebesar 2,5 persen, dan semua itu baru terjadi sejak tahun 1980-an.

Di Qatar, negara dengan emisi karbon per kapita tertinggi di dunia dan penghasil gas cair terbesar, sejumlah ruang terbuka sudah dipasang AC supaya warga tetap merasa sejuk. Selanjutnya di Teheran, Iran, polusi udara membunuh 4.000 orang setiap tahunnya. Di Uni Emirat Arab, diperkirakan bahwa krisis ikim menelan biaya 6 miliar pound sterling setahun.

Kondisi itu disebut bakal jadi jauh lebih buruk, karena suhu, kelembaban dan air laut meningkat. Timur Tengah lebih panas dua kali lipat dari bagian dunia lainnya.

Laporan The Guardian menyebut, pada akhir abad ini, jika prediksi yang mengerikan benar, maka Mekah mungkin bakal jadi tempat tidak layak huni. Jika sudah demikian, kata laporan itu, maka ibadah haji bisa jadi ziarah yang berbahaya bahkan menjadi malapetaka.

Bahkan, Timur Tengah bisa jadi menyerupai Gurun Afar di Ethiopia, sebuah hamparan luas tanpa pemukiman manusia permanen yang panas dan berada menempel di Laut Merah. Kota-kota pesisir Teluk yang megah, seperti Dubai, pada akhir abad ini dapat terendam karena air laut naik.

Bergantung pada minyak

“Ini adalah masalah yang sangat sulit karena kepentingan elit penguasa bertentangan dengan kepentingan warga negara. Elit yang berkuasa semuanya bergantung pada rente minyak untuk kelangsungan hidup rezim mereka,” kata Jim Krane, seorang analis riset energi di Rice University Baker Institute di Houston.

“Mereka membutuhkan bisnis minyak untuk tetap hidup agar mereka tetap berkuasa. Sistem mereka didasarkan pada sewa minyak yang berkelanjutan, tetapi pada akhirnya, kepentingan jangka panjang warga adalah dengan iklim yang layak huni,” tambahnya.

Kemudian Zeina Khalil Hajj, pendiri Greenpeace di Timur Tengah, mengatakan bahwa kawasan itu berada di bawah tekanan ganda.

“Seiring dengan perubahan permintaan energi, wilayah yang secara fundamental bergantung pada bahan bakar fosil, minyak dan karbon untuk kelangsungan ekonominya tidak dapat melanjutkan ketergantungan ini. Tidak akan ada pasar untuk minyak mereka,” ujar dia.

“Tetapi ketika iklimnya berubah, ia memiliki tugas ekstra untuk bergeser demi kelangsungan hidupnya sendiri. Cuaca ekstrem mengubah kehidupan orang-orang pada tingkat sehari-hari. Tidak ada pilihan selain go green,” imbuhnya.

Permintaan bahan bakar fosil yang terus-menerus dari negara-negara barat, membuat Timur Tengah menjadi kawasan yang kota-kotanya bergantung pada mobil, penuh dengan gedung pencakar langit dan mal-mal ber-AC yang mengilap.

“Sekarang wilayah itu harus menemukan cara untuk menghindari penghancuran dirinya sendiri,” kata laporan The Guardian.

Sebenarnya, Timur Tengah telah diberitahu setidaknya selama satu dekade bahwa mereka perlu melakukan transisi dari minyak. Titik pasti permintaan minyak akan mencapai puncaknya telah diperebutkan, dan bergantung pada berbagai asumsi tentang regulasi, teknologi, dan perilaku konsumen. Tetapi banyak orang mengatakan permintaan akan mencapai puncaknya sekitar tahun 2040, dan kemudian barulah menurun.

Negara-negara Timur Tengah, terutama kawasan Teluk masih sangat bergantung pada ekspor minyak dan gas, yang tetap lebih dari 70 persen dari total ekspor barang di Kuwait, Qatar, Arab Saudi dan Oman, dan pada pendapatan minyak, yang melebihi 70 persen dari total pendapatan pemerintah di Kuwait, Qatar, Oman dan Bahrain.

Kendati beberapa negara telah berupaya untuk menghentikan ketergantungannya terhadap minyak, serta untuk mengurangi beberapa faktor yang membawa dampak buruk terhadap iklim, namun langkah yang dilakukan disebut masih lambat.

Posting Komentar untuk "Timur Tengah makin panas, Mekah diprediksi bakal tak layak huni dan jadi tempat m4lapetak4"